GELORA.CO - Yohanes Ande Kala atau Joni akhirnya dinyatakan lolos seleksi calon bintara TNI Angkatan Darat.
Joni sempat gagal seleksi TNI karena tinggi badannya hanya 155,8 cm. Sementara syarat masuk TNI adalah tinggi badang 163 Cm.
Sebelumnya, Joni bocah pemanjat tiang bendera di Nusa Tenggara Timur (NTT) ini sempat dijanjikan Presiden Joko Widodo untuk diterima menjadi anggota TNI.
"Benar atas nama Yohanes Ande Kala (Joni), sudah dinyatakan lulus seleksi Secaba (Sekolah Calon Bintara)," kata Kapuspen TNI Mayjen Hariyanto, Rabu (25/9).
Hariyanto mengatakan, nantinya Joni bakal mengikuti pendidikan sebelum dilantik menjadi prajurit TNI di Rindam IX/Udayana.
Joni diberi kesempatan kedua mengikuti seleksi berkat aksi heroiknya saat Upacara Peringatan HUT ke-73 RI pada tahun 2018 silam.
Kilas Balik Kisah Joni
Joni, sempat terkenal sebagai bocah pemanjat tiang bendera pada saat upacara HUT ke-73 RI di Pantai Motaain, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Joni diketahui tamat di SMA Negeri 1 Atambua tahun 2024.
Usai lulus SMA, Joni langsung mengikuti tes masuk Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD).
Namun, cita-citanya menjadi abdi negara itu langsung terkubur, lantaran tidak lolos tes.
"Saya tidak lolos tes karena tinggi badan saya hanya 157 sentimeter," ungkap Joni, saat menghubungi Kompas.com melalui telepon genggam, Minggu (4/8/20224).
Joni mengaku, niatnya sangat kuatmenjadi tentara. Sehingga dia tinggal bersama salah satu anggota TNI di asrama Kompi Senapan B Yonif Raider 744 Satya Yudha Bhakti.
Joni pun selalu rajin berolahraga dan hidup penuh disiplin.
Setelah lulus SMA, Joni berangkat ke Kota Kupang mengikuti seleksi Penerimaan Bintara TNI AD 2024.
Seleksi awal merupakan validasi di Ajenrem 1604/Wirasakti Kupang.
Setelah dilakukan pemeriksaan awal, Joni dinyatakan tidak lulus.
Menurutnya, dia gagal pada tinggi badan sehingga disuruh kembali mempersiapkan diri untuk seleksi kali berikut.
"Untuk saat ini mungkin persiapan fisik. Saya akan usahakan sebisa mungkin," ungkap dia.
Joni mengaku sedih saat diumumkan dirinya gugur akibat tinggi badan yang belum memenuhi syarat dalam penerimaan Bintara TNI AD.
Joni sempat menunjukkan kembali sepenggal video ketika di Istana Negara waktu itu.
Saat itu ia dijanjikan oleh Presiden Joko Widodo untuk diterima jadi anggota TNI.
"Waktu itu saya ditanya Pak Jokowi mau jadi apa? Saya jawab TNI, sehingga Presiden Joko Widodo langsung memberikan jawaban untuk langsung daftarkan diri di Panglima TNI," kata Joni.
"Jujur saya, perasaan sangat sedih karena sudah dinyatakan tidak lulus terpilih."
"Saat saya sampaikan kepada keluarga terutama mama, mereka juga sangat sedih dan kecewa. Tapi mau bagaimana lagi," katanya lagi.
Ingin membahagiakan ibu dan keluarga
Meski begitu, Joni tak berkecil hati. Dia tetap akan lebih giat berolahraga sehingga saat seleksi penerimaan Bintara TNI AD tahun berikutnya bisa lulus.
Keinginannya pun sederhana, ingin membahagiakan ibunya dan keluarga, serta membanggakan ayahnya yang telah meninggal dunia beberapa waktu lalu.
"Cita-cita saya hanya satu, ingin menjadi anggota TNI, sehingga saya akan mencoba lagi," kata Joni, yang sedang dalam perjalanan pulang dari Kota Kupang menuju rumahnya di Atambua, ibu kota Kabupaten Belu.
Kisah Joni diketahui publik setelah video aksi keberaniannya viral di media sosial, tahun 2018 lalu.
Pada saat itu, Joni merupakan pelajar kelas 1 SMP Negeri Silawan.
Joni memberanikan diri memanjat tiang bendera setelah tali yang akan digunakan untuk mengikat Bendera Merah Putih terlepas dan tersangkut di ujung tiang bendera.
Saat upacara itu, Wakil Bupati Belu JT Ose Luan meminta Joni untuk naik ke atas podium. "Saya bangga dengan perjuangan dia (Joni) memanjat tiang bendera.
Saya katakan ke dia bahwa perjuangan para pahlawan dulu untuk memperjuangan negara ini begitu besar," tutur Ose
Sumber: Tribunnews